Penyakit Busuk Batang Pada Pohon Buah Naga
Indonesia adalah negara tropis, banyak tanaman bisa tumbuh di sini, diantaranyaadalah buah naga. Pohon buah naga merupakan tanaman
tropis yang termasuk ke dalam genus Hylocereus dan Selenicereus.
Tanaman ini berasal dari negara Meksiko, Guatemala dan El Salvador.
Dibudidayakan secara komersil pertama kali di Vietnam, kemudian berkembang
di Taiwan dan Thailand bagian Utara, selanjutnya berkembang di negara
Israel, Australia dan negara Asia lainnya. Tanaman ini pertama kali masuk ke
Indonesia pada tahun 1977, dan mulai ditanam dan dikembangkan secara komersial
pada tahun 2000. Selain penampilannya yang menarik dan rasanya yang segar, buah
naga juga kaya nutrisi seperti vitamin C, beta karoten, kalsium dan karbohidrat
serta mengandung kadar serta yang cukup tinggi.
Sampai saat ini belum ada
data resmi berapa luas pertanaman pohon buah naga di Indonesia, namun kenyataan saat
ini buah naga telah dibudidayakan secara komersil di beberapa provinsi seperti
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah dan Jawa Timur, NTB,
bahkan penanaman yang luas di provinsi Kepulauan Riau (Tanjung Pinang dan
Batam) produksinya telah di ekspor ke negara tetangga seperti Singapura. Di
Sumatera Barat sendiri booming buah naga telah terlihat dan
dirasakan sejak empat tahun terakhir. Kabupaten yang menjadi sentra
penanaman adalah Padang Pariaman, Pasaman dan kabupaten Solok. Dengan harga
jual dan preferensi konsumen yang sangat tinggi menyebabkan buah ini berpeluang
untuk dikembangkan sebagai komoditas penunjang agribisnis dan peningkatan
devisa serta dapat bersaing dengan buah tropis lainnya.
Banca Juga : Mengenal Hama dan Penyakit Pada Pohon Buah Naga
Banca Juga : Mengenal Hama dan Penyakit Pada Pohon Buah Naga
Hasil kunjungan beberapa
orang peneliti Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok ke beberapa lokasi
pertanaman pohon buah naga di Sumatera Barat (Kab. Solok dan Padang Pariaman)
diperoleh informasi bahwa saat ini budidaya buah naga sudah dilakukan secara
intensif, luasnya sudah mencapai puluhan hektar (mungkin ratusan hektar).
Sebagai gambaran di kecamatan Batang Anai kabupaten P. Pariaman, beberapa orang
pengusaha menanam dengan luasan 3-4 ha dengan sistem tanam Tiang Tunggal
ataupun sistem Jemuran, dimana jumlah tiang untuk setiap hektar berkisar
1.200-1.500 tiang.
Penanaman suatu komoditas
pertanian secara luas dan monokultur berpeluang terjadinya outbreak suatu
hama atau penyakit. Di beberapa negara produsen buah naga
dilaporkan adanya beberapa hama dan penyakit berbahaya yang mengancam
produksi. Serangan hama kumbang Protaetia impavida dan
penyakit busuk batang pada pohon buah naga yang disebabkan oleh beberapa mikroba seperti cendawan
dari genus Fuarium, Phytophthora, Sclerotium,
Rhizoctonia dan Pythium juga pernah dilaporkan pada
pertanaman buah naga di kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Sama halnya dengan daerah
produsen buah naga lainnya, serangan penyakit busuk batang pohon buah naga juga
menjadi momok menakutkan dan mengancam produksi buah naga di Sumatra Barat.
Berdasarkan data sementara yang dikumpulkan (dari 20 kebun) di kecamatan Batang
Anai, diketahui bahwa serangan penyakit busuk batang ini ditemukan hampir di
setiap kebun yang dikunjungi. Intensitas serangan bervariasi dari ringan sampai
parah. Beberapa kebun dengan serangan parah bahkan mulai ditinggalkan oleh
pengusaha/petani.
Gejala serangan yang
ditemukan cukup bervariasi seperti, busuk batang pada bagian bawah/pangkal
batang dengan warna kuning atau coklat, busuk lunak pada
pinggir/tepi batang dengan warna coklat dan kuning), busuk
lunak pada cabang produktif atau ujung batang, busuk batang dengan
bercak kuning dan hitam mirip serangan Antraknose,
penyakit busuk batang ini diperparah dengan adanya serangan hama kutu sisik.
Menurut petani serangan bersama hama dan penyakit ini pada cabang-cabang
produktif mengakibatkan bunga/buah gagal terbentuk.
Gejala penyakit busuk batang pada pohon buah naga
Gejala penyakit yang mirip
antraknose
Berdasarkan pengamatan
penulis pada kebun buah naga di berbagai tempat di Jawa dan Sumatera, dan para
petani buah naga yang datang ke Klinik Tanaman IPB, terdapat dua jenis penyakit
buah naga yang paling penting yaitu penyakit busuk buah/busuk batang. Penyakit
busuk buah/batang pohon buah naga disebabkan oleh cendawan Macrophoma sp. dan penyakit bercak
batang yang disebabkan oleh Phomopsis sp. Kedua cendawan ini mempunyai
sifat-sifat yang hampir sama , masuk dalam ordo dan famili yang sama. Penyakit
busuk buah ini menunjukkan gejala busuk pada buah atau batang, sedang penyakit
bercak batang menunjukkan gejala bercak-bercak kecil di batang. Kedua penyakit
mempunyai sifat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman sakit misalnya potongan
batang atau buah yang , tanah. Selain itu khusus untuk Phomopsis, mempunyai
tanaman inang yang banyak seperti terong, karet. Penularan jarak jauh bisa
melalui bibit, sedangkan antar tanaman melalui melalui percikan air. Curah
hujan yang tinggi apalagi disertai suhu yang tinggi memperberat serangan.
Pengendalian:
1. Mengusahakan
agar tanaman buah naga tumbuh secara optimum dengan cara memilih tempat tumbuh
yang cocok (tanah tekstur lempung berpasir, draenase baik, curah hujan optimum
1500 mm/tahun dan tersebar merata), optimalisasi pemupukan sesuai dengan tanah
setempat.
2. Meningkatkan
ketahanan tanaman buah naga terhadap penyakit dengan optimalisasi pemupuka dan
perlakuan PGPR (plant growth promoting rhizobacteria). Kecukupan unsur Kalium
dan Kalsium sangat berperan dalam ketahanan tanaman terhadap . Perlakuan PGPR
dilakukan dengan cara pencelupan stek bibit sebelum tanam, serta penyiraman.
PGPR bisa diperoleh di Klinik Tanaman IPB.
3. Penyakit
ini untuk melakukan infeksi perlu periode kebasahan batang/buah yang cukup
lama, minimal 4 jam. Mengusahakan agar permukaan tanaman tidak basah terlalu
lama menjadi penting. Seandainya dalam pengairan digunakan irigasi sprinkler,
dihindari penyiraman menjelang malam.
4. Penggunaan
mulsa organik (jerami, alang-alang) disekitar tanaman untuk mengurangi percikan
air. Rumput-rumputan yang tidak clean weeding, jadi hanya dirapikan juga bisa
mengurangi percikan air dari tanah.
5. Monitoring
yang intensif, terutama pada musim hujan. Bila ditemukan busuk buah segera
diambil dan dibakar (jangan dibuang sembarangan karena menjadi sumber
penyakit). Setelah pengambilan buah terserang baru dilakuan penggunaan
fungisida baik fungisida sintetik, botanis maupun hayati/biofungisida. Hal ini
dilakukan karena, tanpa pengambilan buah terserang dulu , aplikasi fungisida
akan justru menularkan patogen.
Saran pengendalian, lakukan
monitoring secara ketat dan pengendalian dilakukan sedini mungkin.
Caranya adalah dengan membuang/mengorek bagian batang yang busuk sampai ke
bagian batang yang berkayu, bagian batang berkayu ini dibersihkan
kemudian diolesi dengan fungisida, karena dilaporkan sebagian penyebab penyakit
busuk batang ini adalah mikroba dari kelompok cendawan. Hama kutu sisik
dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Tindakan pengendalian ini
berhasil dilakukan oleh seorang pengusaha buah naga di kabupaten Solok, dari
kunjungan di kebun tersebut serangan penyakit busuk batang ini sangat
rendah dan tidak terlalu mengganggu.
Berikut video cara mengatasi penyakit busuk batang pada pohon buah naga.
Sumber:
Sumber:
1.http://balitbu.litbang.deptan.go.id
2.http://pertaniansehat.com
Comments
Post a Comment